BAB I
PENDAHULUAN
Pendidik adalah orang yang
mentransfer pengetahuan, keterampilan atau pengalaman kepada orang
lain. Dalam beberapa literature kependidikan pada umunya istilah
pendidik sering diwakili oleh istilah guru. Guru lumrah dan biasa
dipahami oleh masyarakat sebagai orang yang kerjanya mengajar atau
memberikan pelajaran disekolah atau kelas. Pengertian tersebut tidak
dipahami hanya sekadar orang yang berdiri, duduk didepan kelas untuk
menyampaikan materi saja, akan tetapi lebih dari pada itu yakni
selain mengajar mereka juga harus tekun, ulet dan sabar dalam
mendidik peserta didik. Menurut S.Nasution tugas guru itu ada tiga
bagian, yakni:
1. Sebagai orang yang
mengkomunikasikan pengetahuan guru harus dituntut untuk mendalami
pengetahuan yang diajarkan.
2. Sebagai model atau contoh guru
harus menerapkan kaidah-kaidah sebagai seorang pendidik serta
mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari atas apa yang diajarkan
atau aplikasinya.
3. Guru harus disiplin, cermat
berpikir, mencintai pelajaran serta idealis. Untuk itulah pada
kesempatan ini kami akan membahas tentang kepribadian yang harus
dimiliki oleh seorang guru sebagai seorang pendidik dan tauladan bagi
peserta didiknya.
BAB II
PEMBAHASAN
- Pengertian dan Komponen Kepribadian
Istilah kepribadian merupakan
terjemahan dari Bahasa Inggirs “personality”.
Sedangkan istilah personality secara etimologis berasal dari Bahasa
latin “person”
(kedok) dan “personare”
(menembus). Personal biasanya dipakai oleh para pemain sandiwara pada
zaman kuno untuk memerankan suatu bentuk tingkah laku dan karakter
pribadi tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan personare adalah
bahwa para pemain sandiwara itu dengan melalui kedoknya berusaha
menembus keluar untuk mengekspresikan suatu bentuk gambaran manusia
tertentu. Misalnya: seorang pendiam, pemurung, periang, peramah,
pemarah dan sebagainya. Jadi, persona itu bukan pribadi pemain itu
sendiri, tetapi gambaran pribadi dari tipe manusia tertentu dengan
melalui kedok yang dipakainya.1
Menurut teori kepribadian Rosanoff,
kepribadian memiliki enam komponen, yang lebih banyak bertolak dari
keragaman abnormal, yaitu:
- Schizoid Autistik, mempunyai tendensi tak konsisten, berpikirnya lebih mengarah pada khayalan.
- Schizoid Paranoid, mempunyai tendensi tak konsisten, dengan angan bahwa dirinya penting.
- Cycloid Manik, emosinya tidak stabil dengan semangat berkobar.
- Cycloid Depress, emosinya tak stabil dengan retardasi dan pesimisme.
- Hysteroid, ketunaan watak berbatasan dengan tendensi kriminal.
- Epileptoid, dengan antusiasme dan aspirasi yang bergerak terus.2
- Teori-teori kepribadian
- Psikoanalisis Teori Sigmund Freud
Teori kepribadian Freud dapat
diikhtisarkan dalam rangka struktur, dinamika dan perkebangan
kepribadian.
- Struktur kepribadian
Menurut Freud, kepribadian itu
terdiri atas 3 sistem atau aspek, yaitu :
- Das Es (the id), yaitu Aspek Biologis
- Das Ich ( the ego), yaitu Aspek Psikologis
- Das Ueber Ich (the super ego), yaitu Aspek Sosiologis
- Dinamika kepribadian
Freud beranggapan bahwa dinamika
kepribadian ini dimungkinkan oleh adanya energi yang ada didalam
kepribadian itu. Energi ini dinamakan energi psikis, diasalkan dari
energi fisiologis yang bersumber dari makanan. Energi psikis ini
disimpan dalam instink-instink.
Menurut Freud di dalam tubuh kita ini
ada 2 kelompok instink-instink, yaitu:
- Instink-instink hidup
Fungsi isntink-instink hidup adalah
melayani maksud individu untuk tetap hidup dan memperpanjang ras.
Seperti instink-instink makan, minum dan seksual.
- Instink-instink mati
Instink-instink mati ini, yang
disebut juga instink-instink merusak (Destruktif). Tidak dapat
diingkari bahwa manusia itu akhirnya akan mati. Inilah yang
menyebabkan Freud merumuskan, bahwa “tujuan semua hidup adalah
mati”.
- Perkembangan kepribadian
Secara sedehananya dapat dikatakan
bahwa perkembangan kepribdian adalah belajar mempergunakan cara-cara
baru dalam mereduksikan tegangan, yang timbul karena individu
menghadapi berbagai hal yang dapat menjadi sumber tegangan, yang
timbul karena individu menghadapi berbagai hal yang dapat menjadi
sumber tegangan (tension).
Adapun sumber tegangan yang pokok adalah proses pertumbuhan
fisiologis, frustasi, konflik dan ancaman.
Karena orang menghadapi salah satu
atau lebih sumber tegangan itu, maka timbulah rasa tidak enak, tidak
nyaman di dalam dirinya, jadi timbulah tegangan.
Adapun cara yang paling pokok yang
dipergunakan individu untuk mereduksikan tegangan itu ialah
identifikasi dan pemindahan objek. Identifikasi disini diartikan
sebagai metode atau cara yang dipergunakan oleh individu untuk
menghadapi orang lain dan membuatnya menjadi bagian daripada
kepribadiannya.
- Psikologi Analitis Teori Carl Gustav Jung
Jung mula-mula adalah murid Freud dan
bekerja sama dengan Freud, tetapi karena perbedaaan-perbedaan
pendirian, akhirnya memisahkan diri dan mendirikan aliran sendiri
yang diberi nama Psikologis analitis. Dia tidak berbicara tentang
kepribadaian, tetapi berbicara tentang psike. Adapun yang dimaksud
psike oleh Jung adalah segala perisiwa psikis, baik yang disadari
maupun tidak disadari. Jadi psike dapat kita artikan sebagai
kepribadian Menurut Jung kepribadian ini ada 2 alam:
- Alam sadar (kesadaran), yang berfungsi mengadakan penyesuaian terhadap dunia luar.
- Alam tidak sadar (ketidak sadaran), yang berfungsi mengadakan penyesuaian terhadap dunia dalam yaitu dunia batin sendiri.
- Individual psychology Teori Alfred Adler
Seperti Jung, Adler mula-mula murid
Freud, tetapi karena perbedaan pendapat memisahkan diri dan
mendirikan aliran sendiri. Teori Adler ini dapat kita pahami lewat
pengertian-pengertian pokok yang digunakan untuk membahas tentang
kepribadian. Adapun pengertian-pengertian pokok tersebut adalah
seperti dibawah ini:
- Individualitas sebagai pokok persoalan
Adler memberi tekanan kepada
pentingnya sifat khas (unik) daripada kepribadian, yaitu
individualitas, kebutuhan serta sifat-sifat khas pribadi manusia.
- Pengertian teologis
Adler berpendapat bahwa manusia lebih
didorong oleh harapan-harpannya mengenai masa depan daripada
pengalaman-pengalamannya dimasa lampau.
- Dua dorongan pokok
Di dalam diri manusia terdapat dua
macam dorongan pokok yang mendorong dan melatarbelakangi segala
tingkah lakunnya, yaitu:
- Dorongan kemasyarakatan, yaitu doronagn yang mendorong manusia untuk bertindak yang mengabdi kepada masyarakat.
- Dorongan keakuan, yaitu dorongan yang mendorong manusia untuk bertindak yang mengabdi kepada aku sendiri.
- Rasa rendah diri dan kompensasi
Apabila orang gagal dalam mengajar
suatu maksud atau memiliki jasmani yang kurang sempurna, maka
timbulah perasaan yang tidak enak pada dirinya, karena dirinya merasa
tidak atau kurang berharga untuk dapat mencapai tujuan itu atau untuk
dibandingkan dengan sesamannya. Perasaan yang demikan itu secara
teknis disebut rasa rendah diri ( the
feeling of inferiority)
orang yang mendapat pengalaman-pengalaman demikan itu yaitu yang
mengalami rasa rendah diri tidak akan tinggal diam. Dia akan berusaha
meniadakan perasaan tersebut, dengan menebus atau mencari pemulih
yang disebut kompensasi. 3
- Karakteristik kepribadian guru
Menurut tinjauan psikolgi,
kepribadian pada prinsipnya adalah susunan atau kesatuan aspek
prilaku mental (pikiran, perasaan, dan sebagainya) dengan aspek
perilaku Bihavioral (perbuatan nyata). Aspek-sapek ini berkaitan
secara fungsional dalam diri seorang individu, sehingga membuatnya
bertingkah laku secara khas dan tetap ( Reber 1988).
Kepribadian
adalah factor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan seorang
guru sebagai pengembang sumber daya manusia. Mengapa demikian?
Alasannya disamping ia berperan sebagai pembimbing dan pembantu,
seperti yang telah penyusun kemukakan, guru juga berperan sebagai
anutan.
Karakteristik
kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru dalam menggeluti
profesinya meliputi: 1). Fleksibilitas kognitif 2). Keterbukaan
Psikologis.
- Fleksibiltas kognitif guru
Fleksibilitas kognitif (keluwesan
tanah cipta) merupakan kemampuan berpikir yang diikuti dengan
tindakan yang memadai didalam situasi tertentu. Kebalikannya
Frigiditas kognitif atau kekakuan ranah ciptanya ditandai dengan
kekurang mampuan berpikir dan bertindak yang sesuai dengan situasi
yang sedang dihadapi.
Guru yang fleksibel pada umumnya
ditandai dengan keterbukaan berpikir dan beradaptasi. Selain itu, ia
juga memiliki resistensi (daya tahan) terhadap ketertutupan ranah
cipta yang premature (terlampau dini) dalam pengamatan dan
pengenalan. Ketika mengamati dan mengenali suatu objek atau situasi
tertentu, seorang guru yang fleksibel selalu berfikir kritis.
Berfikir kritis adalah berpikir dengan penuh pertimbangan akal sehat
yang dipusatkan pada penambilan keputusan untuk mengingkari atau
mempercayai sesuatu dan melakukan atau menghindari sesuatu ( Heger
dan Kaye 1990).
- Keterbukaan psikolgis pribadi guru
Hal lain yang juga menjadi faktor
yang turut menentukan keberhasilan tugas seorang guru adalah
keterbukaan psikologis guru itu sendiri. Keterbukaan ini merupakan
dasar kompetensi professional (kemampuan dan kewenangan melaksanakan
tugas) keguruan yang dimiliki oleh setiap guru.
Guru yang terbuka secara pskologis
biasannya ditandai dengan kesediaannya yang relative tinggi untuk
mengkomunikasikan dirinya dengan faktor-faktor ekstern antara lain
siswa, teman sejawat, dan lingkungan pendidikan tempatnya bekerja. Ia
mau menerima kritik dengan ikhlas. Disamping itu ia juga memiliki
empati, yakni respon afektif terhadap pengalaman emosional dan
perasaan tertentu orang lain (Reber 1988).
- Kompetensi profesionalisme gurua
Pengertian dasar kompetensi adalah
kemampuan atau kecakapan. Disamping berarti kemampuan, kompetensi
juga berarti: the
state of being legally competent or qualified (McLeod,
1989), yakni keadaan berwenang atau memenuhi syarat menurut ketentuan
hukum. Adapun kompetensi guru menurut (Barlow 1985), ialah the
ability of a teacher to responsibly perform his or her duties
appropriately. Artinya
kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan
kewajiban-kewajibannya sacara bertanggung jawab dan layak. Jadi,
kompetensi profesionalisme guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan
kewenangan guru dalam menjalankan profesi keguruannya.4
Untuk menjadi guru yang profesional
seorang guru harus menguasai betul seluk beluk pendidikan dan
berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan
melalui pendidikan tertentu. Disamping juga harus menampakkan sikap
yang baik dan juga menjadi teladan yang baik bagi siswa seperti yang
dijelaskan oleh Soetjipto dan kasasi yang menyatakan bahwa “guru
sebagai pendidik yang profesional mempunyai citra yang baik
dimasyarakat apabila dapat diwujudkan pada masyarakat bahwa ia layak
sebagai teladan bagi masyarakat disekelilingnya. Mengingat peran guru
yang begitu besar, yaitu untuk mencetak orang-orang yang benar-benar
berkualitas tinggi serta memiliki kesadaran dalam menunaikan tugasnya
sehingga hasilnya sesuai harapan dengan tujuan yang diharapkan dengan
tujuan diinginkan.5
BAB III
KESIMPULAN
Kepribadian guru dapat mempengaruhi
suasana kelas atau sekolah baik kebebasan yang dinikmati anak dalam
mengeluarkan buah pikiran, dan mengembangkan kreatifitasnya ataupun
pengekangan dan keterbatasan yang dialami dalam pengembangan
pribadinya. Karenanya guru harus selalu berusaha memilih dan
melakukan perbuatan yang positif agar dapat mengangkat citra baik dan
kewibawaannya, terutama di depan murid-muridnya. Disamping itu guru
juga harus mengimplementasikan nilai-nilai tinggi terutama yang
diambilkan dari ajaran agama.
DAFTAR
PUSTAKA
Baharuddin. 2009.PENDIDIKAN
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN.Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media
http://nadhirin.blogspot.com/2008/07/kepribadian_8205.html
diakses pada tanggal 30 April 2012
http://www.slideshare.net/bocahbancar/psikologi-kepribadian/download
diakses pada tanggal 30 April 2012
Suryabrata, Sumadi. 2002. PSIKOLOGI
PENDIDIKAN.
Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada
Syah, Muhibbin. 2011 PSIKOLOGI
PENDIDIKAN.
Bandung: PT.Remaja Rosdakarya
1
http://nadhirin.blogspot.com/2008/07/kepribadian_8205.html
diakses pada tanggal 30 april 2012
2
http://www.slideshare.net/bocahbancar/psikologi-kepribadian/download
diakses pada tanggal 30 April 2012
3
Sumasi Suryabrata, PSIKOLOGI PENDIDIKAN, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2002), Hal 102-116
4
Muhibin Syah,Psikologi pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011), Hal 224-229
5
Baharudin, Pendidikan dan psikologi perkembangan,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), Hal 198-199
Tidak ada komentar:
Posting Komentar